Beranda | Artikel
Kenikmatan dan Kemuliaan Yang Sebenarnya adalah di Akhirat Nanti
Jumat, 4 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Senantiasa Kembali Kepada Allah dan Mengosongkan Hati dari Segala Kotoran adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab Bawa’itsul Khalash Minadz Dzunub (Faktor-Faktor Yang Dapat Membantu Seseorang Menjauhi Dosa). Pembahasan ini diambil dari satu pasal dari Kitab Ibnu Qayyim rahimahullah yang berjudul عدة الصابرين. Pembahasan ini disampaikan oleh: Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 9 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 17 Desember 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Bawa`itsul Khalash Minadz Dzunub

Status program Kajian Kitab Bawa`itsul Khalash Minadz Dzunub: SELESAI. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.

Download kajian sebelumnya: Senantiasa Kembali Kepada Allah dan Mengosongkan Hati dari Segala Kotoran

Kajian Tentang Senantiasa Kembali Kepada Allah dan Mengosongkan Hati dari Segala Kotoran

19. Kenikmatan dan Kemuliaan Yang Sebenarnya adalah di Akhirat Nanti

Hendaklah seorang hamba mengetahui bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala menciptakannya untuk suatu kekekalan yang tidak ada kebinasaan di tempat tersebut, untuk satu kemuliaan yang tidak ada kehinaan di tempat tersebut, untuk suatu keamanan yang tidak ada rasa ketakutan di dalamnya, untuk satu kekayaan yang tidak ada kefakiran bersamanya, untuk suatu kenikmatan yang tidak ada rasa sakit dikenikmatan tersebut, untuk satu kesempurnaan yang tidak ada kekurangan sedikitpun dalam kesempurnaannya.

Allah mengujinya di dunia ini dengan kehidupan yang sebentar, kemudian kemuliaan yang diakhiri dengan kehinaan, keamanan yang dibarengi dengan ketakutan dan setelahnya juga ada ketakutan. Kekayaan, kenikmatan, kebahagiaan, kesenangan yang ada di dunia ini dibarengi dengan perkara-perkara yang sebaliknya dan diakhiri juga dengan perkara-perkara yang sebaliknya. Semua kenikmatan dan kebahagiaan di dunia ini cepat berlalu. Maka sangat keliru, banyak dari manusia yang mereka mencari kenikmatan, mencari kekekalan, mencari kemuliaan, mencari kerajaan, mencari kedudukan di dunia ini. Padahal dunia ini bukan tempat untuk hal-hal tersebut. Dan kebanyakan dari mereka tidak berhasil untuk mendapatkan apa yang mereka cari. Dan yang berhasil untuk mendapatkannya pun akan mendapatkan kenikmatan yang sedikit kemudian kenikmatan tersebut hilang.

Dan para Rasul, semuanya datang dengan dakwah mengajak manusia untuk kenikmatan yang kekal, kerajaan yang besar. Barangsiapa yang menjawab dakwah para Rasul, maka mereka akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa di dunia ini dan kehidupannya akan seperti kehidupan para raja. Karena sesungguhnya orang yang zuhud di dunia, dia hidup seperti raja yang mulia. Dan setan selalu hasad terhadap seorang mukmin yang hasadnya setan adalah kehasadan yang sangat besar yang dia berusaha untuk selalu menggoda manusia. Maka apabila seorang hamba mampu menguasai syahwatnya, mampu menguasai amarahnya, syahwat dan amarahnya tunduk kepadanya, maka dialah raja yang sebenarnya. Dialah raja yang merdeka. Adapun seorang raja yang tunduk kepada syahwat dan amarahnya, sebenarnya dia adalah hamba dari syahwat dan amarahnya. Karena sesungguhnya dia adalah budak yang berpakaian seperti raja yang dikendalikan oleh syahwat dan amarahnya seperti dikendalikannya seekor unta. Dan orang yang tertipu, dia akan selalu melihat dan menginginkan kerajaan yang nampak. Padahal pada hakikatnya dia adalah hamba atau budak yang berpakaian seperti raja. Dan dia hanya menikmati suatu kenikmatan yang akhirnya adalah penyesalan. Dan orang yang benar-benar mendapat taufik dari Allah subhanahu wa ta’ala tentu selalu melihat perkara-perkara dari akhirnya dan melihat akibat-akibat dari segala urusan. Itu adalah karunia Allah subhanahu wa ta’ala yang Allah berikan kepada siapa yang Dia kehendaki dari hambaNya dan Allah Maha Besar karuniaNya.

Ini adalah perkara ke-19 yang dapat membantu seseorang untuk meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat. Yaitu mengetahui bahwa kenikmatan dan kemuliaan yang sebenarnya adalah di akhirat nanti. Karena Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan hamba untuk kehidupan yang kekal, yang tidak ada kebinasaan lagi setelahnya, untuk satu kemuliaan yang tidak ada kehinaan di tempat tersebut, untuk satu kekayaan yang tidak ada kefakiran di tempat tersebut, untuk satu keamanan yang tidak ada rasa takut sedikitpun setelahnya. Dan itu adalah di surga yang penuh kenikmatan sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّـهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ ۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ ﴿٣٤﴾ الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِن فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ ﴿٣٥﴾

Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan rasa sedih dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”.” (QS. Fatir[35]: 34-35)

Allah subhanahu wa ta’ala menguji hamba-hambaNya di dunia ini dengan kenikmatan yang akan hilang, kelezatan yang terkeruhkan dan kerajaan yang akan hilang. Jika seorang hamba sabar di dunia ini dan meninggalkan apa-apa yang Allah subhanahu wa ta’ala haramkan, Allah akan membalasnya dengan kenikmatan yang sebenarnya, kelezatan yang tidak akan terputus yaitu di akhirat nanti sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۖ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ ﴿١٠٨﴾

Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali apa yang Allah kehendaki pemberian tidak ada putus-putusnya” (QS. Hud[11]: 108)

Seorang hamba yang beriman, apabila dia mengingat dalam dirinya kenikmatan yang kekal tersebut dan ia mengetahui bahwasanya kenikmatan maksiat adalah sebab terhalanginya dia dari derajat-derajat tinggi di surga nanti, dia akan berusaha bersungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsunya dan meninggalkan apa-apa yang Allah larang agar aa mendapatkan kebahagiaan dan kesenangan yang tidak ada putus-putusnya.

20. Mengerahkan seluruh tenaganya

Berkata Imam Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa hendaklah jangan sampai seorang menyangka bahwasanya dengan meyakini atau sekedar mengetahui perkara-perkara yang telah kita sebutkan cukup untuk dia meninggalkan maksiat dan perbuatan dosa. Akan tetapi disamping ia mengetahui, dia juga harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggunakan faktor-faktor yang telah kita sebutkan dan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menerapkan apa yang ia telah ketahui. Dan inti dari segala apa yang kita sebutkan yaitu dengan cara meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang telah dia lakukan. Karena sesungguhnya kebiasaan-kebiasaan buruk ini adalah musuh dari kesuksesan dan keberhasilah. Karena tidak akan beruntung dan tidak akan berhasil seorang yang terus-menerus melakukan kebiasaan-kebiasaan buruknya. Kemudian setelah itu ia pun berusaha untuk keluar dari kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukan, dari perbuatan-perbuatan dosa dan meninggalkan tempat-tempat yang penuh fitnah dan menjauhi sejauh-jauhnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ

Barangsiapa yang mendengarkan tentang dajjal, hendaklah ia menjauh darinya” (HR. Abu Dawud)

Seseorang tidak mungkin untuk meninggalkan perbuatan dosa kecuali dengan cara meninggalkan sebab-sebab dan tempat-tempat perbuatan dosa tersebut.

Perlu juga kita ketahui bahwasanya setan mempunyai tipu daya yang tidak akan ada yang bisa selamat dari tipu daya tersebut kecuali orang yang cerdas. Yaitu setan kadang-kadang menampakkan perbuatan dosa dan perbuatan maksiat didalamnya ada sesuatu dari kebaikan dan mengajak orang tersebut untuk melakukan perbuatan tersebut. Ketika seorang masuk ke tempat tersebut, setan kemudian melemparkannya masuk kedalam jaringannya.

وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu menolong kita.

Ini adalah perkara terakhir dari perkara-perkara yang dapat membantu seseorang meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat. Yaitu berusaha untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang telah dia lakukan. Karena seorang hamba yang diuji dengan terjatuh kepada perbuatan maksiat dan telah terbiasa untuk melakukan perbuatan tersebut, ia harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk meninggalkan perbuatan tersebut. Tidak ada yang lebih bermanfaat, tidak ada yang dapat menolongnya setelah Allah subhanahu wa ta’ala untuk meninggalkan maksiat tersebut kecuali dengan berusaha untuk meninggalkan hal-hal yang membuat dia terjatuh dalam kemaksiatan tadi. Jika dia terjatuh dalam kemaksiatan disebabkan teman-teman yang buruk, maka hendaklah ia meninggalkan teman-teman tersebut. Jika ia terjatuh kedalam suatu maksiat karena ia menggunakan suatu alat seperti hp misalnya atau laptop, hendaklah dia meninggalkan alat-alat tersebut. Atau jika maksiat terus menerus berulang disuatu tempat, maka hendaklah ia meninggalkan tempat tersebut dan hijrah meninggalkan kampung tersebut. Dalilnya adalah kisah seorang laki-laki yang telah membunuh seratus jiwa. Kemudian dia mendatangi salah satu seorang Alim dari ulama, kemudian dia bertanya kepadanya, “Apakah aku masih bisa bertaubat?” Maka sang Alim tersebut mengatakan kepadanya, “Tentu, tidak ada yang bisa menghalangimu dari taubat. Pergi ke suatu tempat yang dimana di tempat tersebut adalah orang yang beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka beribadah kepada Allah bersama mereka dan jangan kembali ke kampungmu karena tempat tersebut adalah tempat yang buruk.” Berkat Al-Hafidz Ibnu Hajar ketika mengomentari hadits ini, “Dalam hadits ini ada isyarat kepada seseorang yang ingin bertaubat, hendaklah ia meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang telah ia lakukan di tempat maksiat dan meninggalkan semua kebiasaan-kebiasaan tersebut.”

Simak pada menit ke – 19:41

Simak Penjelasan Lengkap dan Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Senantiasa Kembali Kepada Allah dan Mengosongkan Hati dari Segala Kotoran


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46343-kenikmatan-dan-kemuliaan-yang-sebenarnya-adalah-di-akhirat-nanti/